Seputar Madura, Sumenep 25 Agustus 2016- Produksi garam rakyat tahun ini di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur dipredksi akan melami penurunan dibadingkan tahun lalu. Karena tahun ini terkendala cuaca buruk akibat anomali cuaca berupa kemarau basah.
”Itu sudah pasti ada penurunan dibandingkan tahun lalu. Karena saat ini cuaca tidak mendukung,” kata salah satu petani garam asal Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, Kamis (25/8/2016).
Menurutnya, bagi petani garam cuaca sangat menentukan, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Semakin bagus cuaca kali ini bisa dipastikan produksi akan semakin banyak.
”Saat ini baru memasuki musim panen perdana. Kalau tahun lalu di bulan Juni sudah ada yang panen, tapi tahun ini Agustus baru mulai panen,” katanya.
Menurutnya, pada panen perdana diproduksi garam dikalangan petani cenderung turun jika dibandingkan tahun lalu hanya sekitar 2 ton per petak.
“Kalau dulu dalam satu petak bisa mengahasilakan garam sekitar 3 ton,” jelanya.
Saat ini ini haraga garam dikalangan petani tidak ada perubahan, yakni Rp 400 untuk KW 1, dan Rp 300-350 per kilogram untuk KW 2, sedangkan untuk jenis garam Polibek (hasil garam dengan memakai geomimbran) Rp 500 per kilogram.
Informasinya, target produksi garam nasional tahun ini sebesar 3 juta ton dengan target luas lahan produksi 24 ribu hektar. Sedangkan di Kabupaten Sumenep luas area pegaraman mencapai 2.068 hektar dengan target produksi 268.840 ton.
Luas lahan pegaraman di Sumenep tersebar di Kecamatan Kalianget, Saronggi, Pragaan, Gili Genting, dan Dungkek. Sementara untuk biaya produksi garam, dalam satu hektare lahan, membutuhkan biaya sekitar Rp 2 juta. Dalam dalam satu hektare lahan garam menghasilkan produksi sekitar 80 ton sampai 90 ton dengan perbandingan kualitas garam, KW 1 60 persen , dan KW 2 40 persen. (Jd)