Seputarmadura.com, Sumenep, Selasa 22 November 2016- Sungguh tega pihak Rumah Sakit Daerah (RSD) Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang ‘mengusir’ pasien dari keluarga miskin (gakin), Selasa (22/11/2016).
Pasien yang ‘diusir’ ada dua orang, yakni Isrijeh (45) dan Suama (55), keduanya warga Dusun Talesek, Desa/Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep. Dua pasien ini diduga menderita penyakit gondok sebesar telur ayam di bagian leher.
“Sebenarnya dua pasien itu sudah masuk ke kamar pasien, dan diambil darahnya serta kebutuhan lainnya untuk persiapan operasi besok, Rabu (23/11). Tapi sekarang diminta keluar kamar. Tidak tahu kenapa, ” kata Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gaki Sumenep, Ahmad Farid, Selasa (22/11/2016).
Dua pasien itu, saat ini terpaksa menempati lorong ruang kamar pasien sambil menunggu kepastian dari pihak Rumah Sakit Umum dr Moh Anwar Sumenep. Hingga pukul 18.30 WIB belum ada penanganan medis lebih lanjut.
Keduanya masuk rumah sakit milik pemerintah itu, tadi siang, pada pukul 11.00 WIB. Pasien juga sempat dimintai uang sebesar Rp300 ribu.
“Kedua pasien itu mengantongi surat keterangan tidak mampu kok dari desa dan pihak UPT. Tapi ketika ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumenep justru ditolak dan rekomendasi tidak dikeluarkan dengan alasan pasien SPM penuh, karena anggaran sudah tidak ada,” tukasnya.
Ia mengaku sangat kecewa atas sikap rumah sakit maupun Dinkes yang terkesan enggan melayani pasien kurang mampu.
“Ini menjadi catatan buruk di dunia kesehatan. Dan menandakan kalau orang miskin di Sumenep tidak boleh berobat di rumah sakit. Katanya sudah berbenah, tapi fakta dilapangan justru terbalik. Pasien gakin ‘diusir’,” tudingnya.
Farid mengungkapkan, untuk kedua pasien tersebut, malam ini ditampung dilembaganya di Jalan KH Zainal Arifin Gang 2, Desa Pandian, Kecamatan Kota Sumenep.
“Dari pada menjadi gelandangan dirumah sakit tanpa kejelasan pengobatan, ya kita tampung dulu,” pungkasnya.
Ia berjanji akan mengawal kasus ini. “Ini tidak bisa dibiarkan, rumah sakit sudah sering melakukan kelalaian yang dianggap sepeleh. Padahal menyangkut pelayanan,” ujarnya.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Sumenep, dr Fatoni dan Direktur Rumah Sakit dr Moh Anwar Sumenep, dr Fitril Akbar berkali-kali dihubuingi via telepon genggamnya tidak bisa, karena tidak aktif.(Nita)