Seputar Madura, Sumenep 26 Agustus 2016- Peredaran narkoba di Indonesia bisa dibilang cukup masif, tidak hanya dikalangan elite ditingkat birokrasi melainian kaum cendikiawan ditingkat kampus juga tidak luput dari peredaran barang haram itu.
Berdasaeka data Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, sejak tahun 2015 terdapat sekitar 1,2 juta mahasiswa di Indonesia yang terjangkit korban narkoba. “Ini pentingnya, perlu gerakan kampus anti narkoba,” kata Kombes (Pol) DR Sulastiana, S.I.P., S.H., M.Si, saat di Sumenep.
Wanita asal Sumenep yang sudah 17 tahun di BNN RI dan saat ini sebagai Analis Bidang Kebijakan dan Strategi SSDM Polri ini menjelaskan, bahwa Madura yang terdiri dari berbagai suku juga cukup rentan tersulut emosi, salah satunya dari faktor ekonomi.
“Dengan salah satu faktor ekonomi itulah, narkotika akan mudah masuk ke wilayah Madura. Apalagi, terdapat pulau-pulau kecil di Madura,” katanya, Jumat (26/8/2016).
Di Madura, sambungnya, sudah ada ‘Kampung Narkoba’. “Ini membuktikan bahwa peredaran narkoba perlu penanganan serius dari semua pihak, termasuk keterlibatan mahahasiswa,” ungkapnya.
Menurut dia, pemberantasan penyalahgunaan narkoba tidak cukup hanya dilakukan oleh penegak hukum. Namun, kontribusi dari mahasiswa juga sangat dibutuhkan.
“Melalui pengabdian mahasiswa pada masyarakat, mereka harus ikut memberikan kontribusi dalam pemberantasan narkotika,” ucapnya.
Wanita yang akrab disapa Ibu Ana, berharap, agar dari Kampus di Sumenep bisa menggerakkan seluruh mahasiswa di kampus lain yang ada di Madura, dalam usaha menekan penyalahgunaan dan peredaran narkoba. (Jd)