Seputarmadura.com, Sumenep, Kamis 8 Desember 2016- Potret buram perekonomian di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Meski kekuatan APBD Sumenep 2016 mencapai Rp2 Triliun lebih, nampaknya belum mampu mengangkat ekonomi masyarakat setempat. Itu dibuktikan dengan masih adanya bocah yang hidup dibawah garis kemiskinan harus mengais rejeki dengan menjadi pemulung.
Kondisi itu dialami Asni, seorang bocah kelas III SD di Desa Kacongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep.
Asni, putri ketiga dari bapak Slamet (59) dan ibu Hatija (35) ini rela menghabiskan waktu berkeliling memungut sampah demi membantu mencari nafkah keluarganya dan juga untuk mewujudkan cita-cita besarnya menjadi seorang dokter.
Asni, yang masih berusia 10 tahun, semestinya mengisi masa kecil dan bangku sekolahnya dengan bermain serta belajar. Namun kenyataan pahit justru dijalani. Dia harus membuang masa bahagianya bermain demi memungut barang bekas untuk kelangsungan hidup bersama keluarganya.
Aktivitas setiap hari yang dilakoni Asni, adalah sehabis pulang sekolah selalu ikut bapaknya memungut rongsokan dan botol plastik kosong. Jarak yang ditempuh pun hingga puluhan kilometer dari rumahnya hanya dengan memungut botol dan gelas mineral tanpa rasa malu.
Barang-barang rongsokan kemudian dikumpulkan lalu dijual guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya dan sebagian disimpan untuk biaya sekolahnya.
Hasil dari memulung barang bekas bersama bapaknya itu bisa laku dijual dalam sehari mencapai Rp 25.000. Penghasilan keduanya jika dibandingkan dengan kebutuhan hidupnya memang tidak cukup, apalagi biaya kebutuhan pokok semakin mahal ditambah lagi kebutuhan sekolah sang bocah.
“Kalau tidak cukup uang ya terpaksa tidak bisa bayar buku pelajaran, saya hanya dapat bantuan PKH,” tutur Slamet, kepada seputarmadura.com, Kamis (8/12/2016).
Ia mengaku kasihan dan tidak tega melihat anaknya ikut memikul beban hidup. Seusia anaknya seharusnya duduk manis menikmati masa kecilnya. “Tapi keadaan hidup yang kurang beruntung inilah membuat anak kami harus ikut membantu mencari uang,” tuturnya.
Slamet menuturkan, sebenarnya dirinya pernah melarang sang anak tidak ikut memulung dan harus fokus sekolah saja, tapi Asni bersikeras tetap ingin membantunya.
“Dia (Asni, Red) mungkin kasihan lihat saya yang sudah tua ini. Jadi sehabis pulang sekolah Asni ikut memulung,” ujarnya.
Untuk itu, Slamet berharap sang anak bisa sukses dalam pendidikan dan meraih cita-citanya sebagai dokter.
“Ya, saya selalu berdoa semoga cita-cita anakku kelak bisa tercapai,” harapnya.(Fik/Nita)