Seputarmadura.com, Sumenep, Kamis 18 Agustus 2022– Penerapan kurikulum kerdeka dan platform merdeka mengajar, ditingkat SD, SMP dan SMA, mendapat perhatian serius dari Komisi IV DPRD Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Pasalnya, pelaksanaan kurikulum yang baru diterapkan mulai tahun ajaran baru 2022 ini, membutuhkan tenaga pengajar yang bagus dan penunjang fasilitas seperti internet.
“Kita ketahui bahwa wilayah Sumenep ini masih terdapat kepulauan dan daerah-daerah pelosok yang hingga kini belum bisa dijangkau internet. Nah, kondisi inilah yang harus diperhatikan oleh Dinas Pendidikan Sumenep, agar penerapan kurikulum tersebut berjalan maksimal di lembaga pendidikan,” tutur anggota Komisi IV DPRD Sumenep, Ahmad Suwaifi Qoyyum.
Ia berharap, penerapan kurikulum baru yang di sebut Kurikulum Merdeka harus berjalan baik, dan dapat diterima dengan baik pula oleh siswa/i. Bukan asal menjalankan program pendidikan saja. Namun harus meningkatkan mutu kwalitas pendidikan di Kabupaten Sumenep.
“Kami tidak menginginkan penerapan Kurikulum Merdeka di setiap lembaga sekolah di Kabupaten Sumenep, hanya asal jalan. Sehingga dampaknya terhadap kwalitas pendidikan, tidak akan maksimal,” tandasnya.
Tidak cuma itu, Suwaifi berharap semua perangkat penunjang pelaksanaan Kurikulum Merdeka, harus memadai. Seperti tenaga pengajarnya (Guru), alatnya (internet) dan lain sebagainya.
“Perangkat penunjang jalannya Kurikulum Merdeka merupakan syarat mutlak suksesnya program Kurikulum Merdeka,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra menyampaikan, untuk pelaksanaan Kurikulum Merdeka, pihaknya telah melakukan sosialisasi dengan semua kepala Sekolah dan Dewan Guru di setiap Kecamatan.
“Kami sudah melakukan sosialisasi dengan para Kepala Sekolah, dan Dewan Guru, terkait pelaksanaan Kurikulum Merdeka di tingkat Kecamatan,” kata Kadis Pendidikan Sumenep Agus.
Namun begitu, pihaknya mengakui jika masih banyak Sekolah baik tingkat SD maupun SMP yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka.
Hal itu dikarenakan terkendala beberapa faktor, salah satunya adalah Internet.
“Dikarenakan Faktor internet yang kurang memadai di lokasi sekolah, maka penerapan Kurikulum tetap memakai Kurikulum K13,” tutupnya. (Yun/Hen)