Pemberdayaan Perempuan dan Kedaulatan Pangan Jadi Perbincangan Hangat Saat Reses MH Said Abdullah Bersama Muslimat NU

oleh -45 views
MH Said Abdullah Saat Menggelar Reses Bersama PC dan PAC Muslimat NU Sumenep

Seputarmadura.com, Sumenep, Jumat 31 Juli 2020- Tidak hanya bertemu dengan Kepala Desa (Kades), namun MH Said Abdullah, Anggota DPR RI juga menggelar serap aspirasi (Reses) bersama PC dan PAC Muslimat NU Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Kamis, 30 Juli 2020.

Selain dihadiri langsung oleh Ketua Muslimat NU Nyai Hj. Dewi Khalifah, hadir pula Nyai Hj. Aqidah Usymuni. Kemudian para jajaran nyai ternama di Kota Keris.

Berbeda dari reses sebelumnya. Kali ini yang menjadi perbincangan hangat adalah Pemberdayaan Perempuan dan Kedaulatan Pangan.

Menurut Said, ke depan yang menjadi mimpinya yakni soal kedaulatan pangan. Sebab, pahlawan pangan itu ada di desa. Terbukti, warga masih tanam bayem, cabai hingga marongghi.
“Itu pemerintah yang harus menggerakan pangan. Agar kalau ada wabah, kita sudah siap duluan,” ujar Said.

Untuk itu, MH Said Abdullah juga berkomitmen memberdayakan perempuan Madura. Dalam hemat Said, budaya patriarki di Madura masih kental.

“Jujur saja, karena budaya Madura kan patriarki. Maka saya melihat sudah waktunya memberdayakan para perempuan kita. Salah satu pintu yang akan saya lakukan di setiap kabupaten di Madura melalui Muslimat NU. Pertama kali bersama kawan-kawan Muslimat NU Sumenep. Karena road show saya di mulai dari Sumenep,” kata tokoh lintas batas ini.

Said menegaskan, potensi perempuan Madura luar biasa. Buktinya, selama ini mereka tak pernah mengeluh membantu para suami. Bagi Said, itu menjadi double income.

“Karena potensi perempuan ini luar biasa. Sama saja seperti sabun cuci. Kalau kita pompa, katakanlah beli saja Rp 20 ribu. Itu sudah Rp 100 juta. Itu sudah jadi modal tersendiri. Itu yang diinginkan. Produktivitas perempuan Madura,” tuturnya.

Said juga meminta kepada Muslimat NU sebagai penjaga generasi NU, agar mampu menjaga anak cucu.

“Anak cucu harus dijaga. Artinya harus berpendidikan,” ujar Ketua Banggar DPR RI tersebut.

Menurut anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan ini keluarga merupakan benteng pertama peradaban, terutama perempuan. Sehingga, lanjut suami Khalida Ayu Winarti itu, kecerdasan perempuan sangat penting demi menumbuhkan nilai moderat dan toleran dalam lingkungan keluarga.

“Kecerdasan perempuan, terutama ibu-ibu Muslimat NU bisa membentengi keluarganya dari ancaman radikalisme. Jangan sampai terprovokasi. Mari jaga generasi dari intoleransi. Sehingga mulai sejak dini bisa menghormati kebhinekaan dan keberagaman,” ungkapnya.

Nilai-nilai Islam toleran dibutuhkan demi menjaga NKRI. “kita Islam Nusantara, yang santun, ramah, berkarakter dan berintegritas,” jelas Said.

Said mengajak kader Muslimat untuk terus menjaga nilai-nilai ahlussunah wal jamaah (aswaja) yang selama ini menjadi spirit NU.

“Marilah kita menjaga nilai-nilai aswaja, nilai toleransi, saling menghargai, saling menghormati perbedaan yang kita miliki,” ucapnya.

Di depan kader Muslimat NU, kata Said, pemerintah daerah juga harus memastikan anak didik dipikirkan secara baik. Sebut saja kata Said soal seragam. Pemerintah bisa memberikan subsisi Rp 300 ribu.

“Misal setiap orang tua dikasih Rp 300 ribu untuk seragam. Saya berharap orang tua sendiri yang jahit. Sehingga tukang jahit yang ada di desa bisa kerja. Kan ada perputaran ekonomi. Ini cara melayani masyarakat. Karena membahagiakan rakyat itu bagian dari ibadah,” kata Said.

Sementara Nyai Hj. Dewi Khalifah mengakui jika reses yang MH Said Abdullah ini tidak lebih untuk menyamakan sudut pandang terkait semangat kebangsaan dan potensi perempuan.

Selama ini, kata Nyai Eva, sapaan akrabnya, sebagai bagian dari NU, Muslimat selalu ada di garda terdepan dalam mempertahankan dan memegang teguh ajaran Aswaja dan nilai nilai Pancasila.

Menurut Nyai Eva, digitalisasi membuat anak cucu berlama-lama berselancar di dunia maya. ibarat mata uang. Buktinya, dari bangun hingga tidur lagi anak cucu kita pegang gawai.

“Digitalisasi adalah tantangan kita ke depan. Kita ingin kader Muslimat NU ikut mengajarkan tawasut dalam membangun spirit moderasi. Sikap-sikap itu yang harus di internasionalisasi ke setiap warga NU,” tambah Nyai Eva.

Apalagi, sekarang ini tahun politik, Nyai Eva meminta agar semua pihak tak terpecah belah dan tetap kompak. Perbedaan, katanya merupakan rahmat.

“Jangan sampai karena politik tidak kompak. Tujuan kita untuk membesarkan Muslimat NU Sumenep,” tegasnya.

Selain itu, Nyai Eva juga mengajak para perempuan NU ini untuk meningkatkan produktivitas dan kapabilitas diri. “Karena perempuan adalah tiang bangsa,” ujarnya. (Rls)