Pembangunan Listrik di Giliyang Sulit Terealisasi

oleh -43 views
Pembangunan Listrik di Giliyang Sulit Terealisasi

Seputar Madura Sumenep, 15 Agustus 2016- Keinginan masyarakat di Pulau Giliyang, Kecamatan Dungkek, untuk mendapatkan penerangan listrik secara maksimal sulit tercapai. Pasalnya, anggaran yang dibutuhkan lumayan besar, sementara anggaran yang disediakan oleh pemerintah daerah setiap tahun sangat minim.

Informasinya, Pemerintah Daerah tahun 2016 hanya menyediakan anggaran sebesar Rp5 miliar, tahun 2017 hanya sebesar Rp10 miliar. Sedangkan untuk kebutuhan anggaran pembangunan kelistrikan di Pulua Giliyang diperkirakan mencapai ratusan miliar.

Keapala Kantor Energi Sumeber Daya dan Meneral (ESDM) Sumenep, Abd Kahir mengatakan, hingga saat ini belum ada rencana untuk pembangunan listrik di Pulau Giliyang. Biasanya, setiap pembangunan yang akan dilakukan terlebih dahulu diawali perencanaan, sedangkan perencanaan itu dilakukan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda).

”Kami belum terima perencaan itu. Biasanya, dalam penyusunan perencanaan pembangunan kelistrikan pasti kami dilibatkan. Selama ini belum ada,” katanya, Senin (15/8/2016).

Kahir memprediksi pembangunan kelistrikan di Pulau Giliyang tidak bisa terealisasi dalam waktu singkat. Selian belum ada perencanaan, anggaran yang dibutuhkan sangat besar.

Jika menggunakan jaringan bawah laut diperkirakan membutuhkan anggaran hingga ratusan miliar. Itu dilihat dari jarak tempuh dari daratan lumayan jauh. ”Untuk pengadaan jaringan bawah laut membutuhkan anggaran Rp7 miliar per 100 miter. Itu belum lagi pengadaan travo, jaringan dan tiang listrik,” jelasnya.

Secara administratif, Pulau Giliyang ini masuk dalam wilayah Kecamatan Dungkek. Di Pulau Giliyang ini hanya ada dua desa yaitu Desa Bancamara dan Desa Banraas. Desa Bancamara memiliki luas 5,15 km2 dan Desa Banraas memiliki luas 4,0 km2. Pulau Giliyang dihuni sekitar 3.620 keluarga dengan total penduduk sekitar 8.600 jiwa. Pulau ini juga mendapat julukan Pulau Lansia, karena  mayoritas penduduk pulau ini berusia lebih dari 80 tahun

Hasil penelitian tim Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfir dan Iklim LAPAN pada akhir Juli 2006 lalu, menunjukkan  bahwa Pulau Giliyang satu-satunya pulau yang mempunyai konsentrasi oksigen terbaik di dunia, yaitu 20,9%.

Berdasarkan Data Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit  Surabaya pada tahun 2013 menyebutkan bahwa Pulau Giliyang memiliki kandungan oksigen murni tertinggi  nomor 2 sedunia setelah Bosnia,  sehingga tepat bila kawasan ini dijadikan kawasan wisata kesehatan.

Saat ini penerangan di Pulau Giliyang menggunakan pembangkit listrik tenga diesel (PLTD) yang dikelola pihak swasata. Namun, hanya sebagian warga yang menikmati pelayanan tersebut karena tarif listrik setiap bulan sangat mahal. Sebagian warga lain menggunakan mesin genset pribadi.

”Untuk sementara waktu, khusus penerangan kami bantu dengan PLTS (pembangkit listrik tenaga surya),” kata Kahir.

Mantan Kasubag Humas dan Protokoler Setkab Sumenep itu mengatakan, tidak semua lokasi di dua desa itu mendapat bantuan tersebut, melainkan hanya ditempat tertentu yang sifatnya emergnesi. ”Seperti di daerah pelabuhan,” jelasnya.

Kendati demikian, kedepan pihaknya terus berupaya agar pembangunan kelistrikan di Pulau Giliyang terealisasi. Sehingga masyarakat bisa menikmati penerangan selama 24 jam.

”Untuk saat ini yang diajukan untuk pembangunan kelistrikan, salah satunya di Kecamatan/Pulau Ra’as,” tegasnya. (Jd)

No More Posts Available.

No more pages to load.