Seputarmadura.con, Sumenep, Selasa 2 September 2025– Sebagai ikhtiar menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, Jawa Timur, menggelar doa bersama para ulama, tokoh masyarakat, dan pemuka agama. Selasa, 2 September 2025.
Kegiatan yang dipusatkan di Pendopo Agung Keraton Sumenep, sebagai bentuk kepedulian dan keprihatinan atas berbagai tantangan yang dihadapi bangsa, sekaligus sebagai wujud syukur dan ikhtiar spiritual untuk memohon perlindungan dari Allah SWT agar negeri ini senantiasa dalam lindungan-Nya.
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo mengatakan, doa bersama merupakan bentuk ikhtiar spiritual dan solidaritas untuk menjaga keutuhan bangsa, serta memohon perlindungan dari segala bentuk musibah dan ancaman yang bisa mengganggu stabilitas nasional maupun daerah.
“Melalui doa bersama ini, diharapkan bangsa dan daerah dijauhkan dari segala bentuk bencana, perpecahan, serta potensi konflik,” kata Bupati disaat Doa Bersama Untuk Keselamatan Negeri, di Pendopo Agung Keraton.
Doa bersama bagian bentuk tanggung jawab moral sebagai warga negara dan umat beragama, karena dengan berdoa bersama ini, menyatukan hati dan harapan agar Indonesia, khususnya Kabupaten Sumenep tetap dalam lindungan Allah SWT.
Diharapkan, melalui doa bersama menjadi momentum memperkuat nilai-nilai persatuan, solidaritas, dan kepedulian sosial di tengah masyarakat, sehingga seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan mempererat kerukunan antarumat beragama.
“Kami mengajak seluruh elemen masyarakat berperan aktif dalam menjaga suasana kondusif, demi menjaga Kabupaten Sumenep agar senantiasa aman, damai, dan sejuk, karena kolaborasi seluruh lapisan di daerah penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan damai,” ujar Bupati.
Bupati menyatakan, kegiatan serupa bisa terus dilaksanakan secara berkala sebagai bentuk kepedulian spiritual terhadap kondisi bangsa, sekaligus memperkuat ikatan sosial, silaturahmi, dan semangat persaudaraan.
“Doa bersama sebagai tradisi yang terus dijaga dan dirawat tidak hanya dilakukan saat terjadi bencana atau krisis, melainkan menjadi bagian dari rutinitas sosial dan spiritual bersama,” pungkasnya. (Ifa/Hen)