Seputarmadura.com, Sumenep, Senin 23 Juni 2025– Kelangkaan elpiji 3 kg yang terjadi di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, selama beberapa pekan terakhir ini disoroti Komisi I DPRD Kabupaten setempat.
Anggota Komisi I DPRD Sumenep Hairul Anwar, meminta pihak terkait agar pengawasan jalur distribusi elpiji 3 kg diperketat. Kondisi ini perlu penanganan cepat karena elpiji merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat untuk memasak.
“Kami melihat persoalan ini tidak bersumber dari distribusi resmi Pertamina, melainkan diduga kuat akibat ulah sebagian agen dan sub agen yang menyimpang dari jalur distribusi semestinya. Makanya pengawasan jalur distribusi diperketat lagi,” ujarnya.
Hairul menuturkan, berdasarkan hasil koordinasi dengan Bagian Perekonomian Pemkab Sumenep, distribusi dari Pertamina ke Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) dan agen berjalan normal. Tidak ada pengurangan pasokan dari pusat.
Dengan kondisi pasokan yang disebut stabil, Hairul menduga adanya praktik tidak sehat yang dilakukan oleh pelaku distribusi tingkat bawah. Ia menyebut kemungkinan terjadinya penimbunan atau pengalihan distribusi gas bersubsidi, sehingga menyebabkan kelangkaan di tengah masyarakat.
“Kalau distribusi lancar tapi barang tetap sulit ditemukan, pasti ada yang tidak beres. Dugaan kami, ada permainan yang dilakukan oleh oknum agen atau sub agen. Kalau terbukti, harus ada tindakan tegas hingga pencabutan izin usaha,” katanya dengan nada tegas.
Hairul juga menambahkan bahwa secara logika pemakaian, satu tabung gas 3 kg tidak seharusnya habis dalam sehari untuk kebutuhan rumah tangga. Namun di lapangan, kondisi berbeda. Kelangkaan terjadi, harga pun merangkak naik.
“Pengecer tidak mungkin menyimpan dalam jumlah besar, karena mereka tidak punya tempat. Maka kami mencurigai, sumber masalahnya ada di rantai atas distribusi,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Perekonomian Setda Sumenep, Dadang Dedy Iskandar, sebelumnya telah memberikan klarifikasi. Ia menyatakan bahwa distribusi LPG 3 kg di Sumenep sejauh ini aman dan tidak mengalami gangguan.
“Secara umum, tidak ada kelangkaan. Yang terjadi adalah lonjakan permintaan akibat momen hari besar dan libur panjang yang membuat konsumsi meningkat,” jelas Dadang.
Peningkatan konsumsi itu, lanjutnya, menyebabkan persepsi masyarakat bahwa pasokan terbatas. Padahal, menurut hasil monitoring lapangan yang dilakukan bersama tim, distribusi dari agen ke pangkalan masih berjalan normal.
“Biasanya satu rumah membeli dua tabung, tapi karena kebutuhan meningkat, jadi beli empat. Inilah yang menyebabkan permintaan melonjak drastis,” ujarnya.
Sebagai langkah antisipasi, Pemkab Sumenep telah mengajukan tambahan kuota ke Pertamina. Sebanyak 30.000 tabung LPG 3 kg tambahan telah disetujui dan kini mulai disalurkan ke daerah-daerah yang paling terdampak.
“Kami akan pastikan distribusi tambahan ini menyasar kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Agen dan sub agen juga kami ingatkan untuk tidak menjual dalam jumlah besar ke pengecer tanpa pengawasan,” pungkas Dadang. (Ifa/Hen)