Eksistensi Budaya dan Jajanan Tradisional Sumenep Ditengah Gempuran Modernisasi

oleh -45 views
https://seputarmadura.com/wp-content/uploads/2024/03/Eksistensi-Budaya-dan-Jajanan-Tradisional-Sumenep-Ditengah-Gempuran-Modernisasi.jpg

Seputarmadura.com, Sumenep, Senin 18 Maret 2024Ditengah derasnya era modernisasi yang dimanjakan dengan serba digital menjadi tantangan tersendiri bagi daerah-daerah di Indonesia termasuk Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, untuk menjaga eksistensi budaya dan jajanan tradisional agar tidak tergerus dan hilang begitu saja.

Gempuran modernisasi sudah begitu pesat perkembangannya. Akan tetapi, setiap daerah sudah melakukan berbagai inovasi dan kreasi untuk membentengi diri atau melindungi budaya dan jajanan tradisonal yang telah ada.

Kabupaten Sumenep yang kini dikenal dengan sebutan “Kota Keris” ini memiliki beragam budaya yang telah Go Internasional. Seperti Upacara Adat Nyadhar, Klenengan, Kerapan Sapi dan sebagainya. Sedangkan jajanan tradisional yang ada sangat beragam diantaranya apen, pattola, kaldu kokot, cake dan campor.

Eksistensi budaya dan jajanan tradisional masih terjaga di Kabupaten Sumenep, tidak lepas dari adanya campur tangan Pemerintah Kabupaten setempat.

Bupati Sumenep, H. Achmad Fauzi Wongsojudo mengakui jika budaya lokal dan jajanan tradisional hingga kini masih bertahan meskipun telah hadir makanan modernisasi seperti roti, spaghetti maupun pizza. Termasuk budaya asing juga telah masuk.

“Kami selaku Pemkab Sumenep terus berusaha mempertahankan dan melestarikan budaya lokal dan jajanan tradisional. Salah satunya dengan menggelar berbagai event yang sudah tersusun dalam kalender event 2024,” tuturnya.

Bahkan upaya melestarikan budaya klenengan, kata Bupati, saat ini di Pendopo Agung Keraton Sumenep, setiap hari diisi musik klenengan yang dimainkan oleh para siswa dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga SMA yang dilakukan secara bergantian.

Kemudian penyajian jajanan tradisional selalu ditekankan di setiap acara seperti rapat maupun pertemuan lainnya.

“Budaya dan jajanan tradisional di Kabupaten Sumenep harus tetap terjaga. Demi apa, demi perputaran ekonomi di wilayah ini dan menghindari kepunahan nilai-nilai budaya yang kita miliki,” tandasnya.

Sementara Budayawan Sumenep, Ibnu Hajar mengungkapkan bahwa terobosan yang dilakukan pemkab setempat sanga bagus dalam menjaga kelestarian budaya maupun jajanan tradisional. Apalagi masuk dalam 100 kegiatan di kalender event 2024.

“Persoalan budaya memang selayaknya mendapat perhatian penting, disaat kearifan lokal mulai tergeser oleh arus asimilasi budaya asing. Secara pribadi kami salut dengan kinerja Pemkab yang masih mempertahankan budaya lokal seperti kerapan sapi maupun klenengan,” bebernya.

Ketika budaya lokal dan jajanan tradisional tetap terjaga, kata Ibnu hajar ini, maka dengan sendirinya akan mendatangkan wisatawan mancanegara. Dan itu telah terbukti.

“Semua itu akan berdampak terhadap perekonomian di Kabupaten Sumenep,” tuturnya.

Berdasarkan data di Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Sumenep, bahwa sepanjang tahun 2023 jumlah pengunjung yang menikmati wisata di Kota Keris ini sebanyak 1.533.385 wusatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

Bahkan, laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumenep Tahun 2023 sesuai data di Badan Pusat Statistik (BPS) setempat tumbuh 5,35 persen, sementara Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumenep Tanpa Migas Tahun 2023 sebesar 4,81 persen.

Ekonomi Kabupaten Sumenep Tahun 2023 dibandingkan Tahun 2022 tumbuh sebesar 5,35 persen. Dari sisi produksi, semua lapangan usaha mengalami kenaikan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 11,47 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan terjadi hampir di seluruh komponen pengeluaran. Pertumbuhan terbesar terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT), yakni tumbuh sebesar 10,19 persen.

Dengan sajian data pertumbuhan ekonomi itu, menandakan kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Sumenep, H. Achmad Fauzi Wongsojudo dan Hj. Dewi Khalifah, selama tiga tahun ini membawa Kabupaten Sumenep lebih baik. (Nt/Hen)