Seputarmadura.com, Sumenep, Selasa 18 April 2017- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, menggelar kegiatan Advokasi dan Sosialisasi Survey Serologi Frambusia tahun 2017.
Bupati Sumenep, A. Busyro Karim saat membuka acara tersebut mengatakan, tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi tentang penyakit Frambusia dan mensosalisasikan kebijakan program eradikasi Frambusia tahun 2020.
Selain itu, juga merencanakan kegiatan survey Serologi Frambusia lintas sektor, lintas program, kepala puskesmas dan petugas puskesmas.
“Kegiatan ini juga untuk memastikan tidak ada penularan Frambusia di wilayah pelaksana survey serologi Frambusi yakni di wilayah Kabupaten Sumenep,” ujar Bupati, Selasa (18/4/2017).
Dikatakannya, kesehatan saat ini merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang cerdas, karena merupakan salah satu kunci masyarakat sejahtera.
Lebih lanjut Bupati juga menjelaskan petugas kesehatan tidak bisa bekerja sendiri dalam menghadapi permasalahan kesehatan yang cukup meluas. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan berbagai lintas sektoral serta partisipasi dari masyarakat.
“Penyakit Frambusia ini sudah banyak tersebar dibeberapa daerah. Untuk itu butuh kesadaran semua masyarakat khususnya di Sumenep untuk memaksimalkan pengadaan sanitasi serta menjaga kebersihan lingkungan,” tutup Bupati.
Acara yang digelar di salah satu hotel di Kabupaten Sumenep ini dihadiri oleh Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, Kementrian Kesehatan RI, Kementerian Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Kepala Dinas terkait, dan juga turut hadir ketua PKK Kabupaten Sumenep, Ny. Nurfitriana.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan, A. Fathoni menuturkan bahwa pada tahun 2016 lalu di wilayah Sumenep terdapat beberapa warga yang kedapatan menderita penyakit Frambusia. Sedangkan, penyakit Frambusia ini merupakan penyakit yang gampang menular.
“Penyebab penyakit ini dari kuman trephonemaprateu, jadi ada kemungkinan kalau yang disekitar pantai itu akan menderita penyakit ini apabila tidak menjaga kebersihan,” tuturnya.
Sementara, penularannya itu biasanya dari kulit ke kulit yang mengalami luka, bernanah atau keluar air, nantinya apabila tidak segera diobati maka akan mengalami kecacatan.
“Karena lukanya itu biasanya sampai membusuk dan bernanah,” terang Fatoni.
Ia berharap, acara yang berlangsung sejak hari Senin (17/4/2017) kemarin dengan peserta sekitar 90 orang itu berlangsung dengan baik dan sesuai harapan. (Fik/Nita)