Asta Jokotole Merupakan Wisata Religi Tertua di Sumenep

oleh -699 views
https://seputarmadura.com/wp-content/uploads/2020/04/Asta-Jokotole-Merupakan-Wisata-Religi-Tertua-di-Sumenep.jpg
Asta Jokotole Merupakan Wisata Religi Tertua di Sumenep

Seputarmadura.com, Sumenep, Jumat 24 April 2020- Asta atau pasarean Jokotole di kampung Sa’asa, Desa Lanjuk, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur  merupakan salah satu wisata religi tertua di Sumenep.

Pasarean ini begitu dikeramatkan. Nama besar Jokotole yang melegenda merupakan salah satu sebab utama. Apalagi, secara genealogi, Jokotole merupakan leluhur raja-raja Sumenep selanjutnya. Tentu penghormatan pada sosok putra sareyang Pottre Koneng dan Adipoday ini sangat sarat alasan.

Dalam sejarah, Jokotole atau yang bernama lain Ario Kudopanule alias Pangeran Saccadiningrat III adalah salah satu penguasa Sumenep yang berkedudukan di Lapataman, Dungkek. Raja sakti dan arif ini memiliki segudang kisah yang tak habis-habis diceritakan maupun ditulis dalam ruang literasi apapun tentang sejarah tempo doeloe. Salah satu yang melekat dari sosok Jokotole dan menjadi simbol Sumenep hingga detik ini ialah kendaraan tunggangannya yang setia: Kuda Terbang.

Bahkan, jasad Kuda Terbang milik Jokotole juga dimakamkan di dalam kompleks Pasarean sang empunya. Terlepas dari sisi mitos, atau apapun jenis perdebatan, tentang kebenaran ada atau tiadanya hewan berjenis kuda yang bisa terbang ini, tidaklah penting. Karena siapapun yang mendebatnya atau membahasnya di era kini tidak hidup di masa itu. Jadi ya, percuma. Karena tidak ada saksi hidup atau bukti kongkret. Pilihannya mungkin hanya dua: yakin atau tidak yakin.

“Setiap orang punya hak untuk tidak percaya. Seperti halnya orang yang punya hak untuk percaya. Kisah itu dari cerita tutur turun-temurun yang dituangkan dalam bentuk tulisan babad,” kata R B Muhlis, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep.

Menurut Muhlis, sekarang bukan lagi perlu membahas mitologi dalam sejarah. Karena setiap orang memiliki cara pandang sendiri. Apalagi di jaman kini, menurutnya sudah banyak kritikus dalam setiap bidang. Namun khusus sejarah, dipandangnya susah untuk mencapai garis final. Sehingga yang terpenting saat ini ialah menjaga peninggalan sejarah.

“Makam Jokotole ini salah satu destinasi wisata religi. Meski sudah hilang situsnya, namun tetap harus dirawat. Karena ini bagian penting dalam sejarah Sumenep. Sebagai bentuk terima kasih juga pada pendahulu dan tokoh yang berperan dalam membangun Sumenep di masa lampau,” tukasnya. (Yan/Nit)