Kemegahan Bangunan Masjid Jamik Tetap Menjadi Icon Wisata Religi di Sumenep

oleh -947 views
https://seputarmadura.com/wp-content/uploads/2020/04/Kemegahan-Bangunan-Masjid-Jamik-Tetap-Menjadi-Icon-Wisata-Religi-di-Sumenep.jpg
Kemegahan Bangunan Masjid Jamik Tetap Menjadi Icon Wisata Religi di Sumenep

Seputarmadura.com, Sumenep, Jumat 3 April 2020- Kemegahan bangunan Masjid Jamik (juga disebut Masjid Agung) hingga kini masih menjadi icon wisata religi di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Majid Jamik merupakan landmark Kabupaten Sumenep yang menasbihkan kota diujung timur Pulau Madura tersebut sebagai kota religius. Bangunan yang menjadi pusat kegiatan keagamaan sejak 3 abad silam ini juga menjadi simbol tingginya peradaban di masa silam.

Bangunan yang masih kokoh berdiri di tengah kota, tepat sebelah barat Taman Adipura ini manjadi saksi kejayaan Sumenep masa lalu dimana kabupaten yang memiliki 126 pulau ini pernah berdiri kerajaan posisinya sangat diperhitungkan dalam sejarah nusantara.

Gaya arsitektur masjid yang didirikan pada zaman kekuasaan Panembahan Sumolo ini merupakan perpaduan budaya eropa, tiongkok, arab dan madura yang terlihat jelas dari bangunan gerbangnya serta interior masjid. Perpaduan tersebut merupakan simbol dari masyarakat Sumenep yang sangat terbuka dengan budaya asing tanpa harus menghilangkan kearifan budaya lokal Sumenep sendiri. Bahkan yang menjadi arsitektur masjid yang masuk dalam 10 masjid tertua di Indonesia tersebut adalah Lauw Piango yang merupakan keturunan tiongkok.

Warna bangunannya pun didominasi warna kuning sehingga nampak bercorak bangunan Tionghoa.

Bentuk dan corak pintu gerbang tersebut, yang membuat masjid berusia dua abad lebih itu menjadi salah satu bangunan masjid tua dengan arsitektur unik di Indonesia, selain Masjid Menara Kudus, Jawa Tengah, Masjid Bawah Tanah Taman Sari, Jogjakarta dan Masjid Mohammad Cheng Ho.

Gerbang sebagai pintu masuk Masjid Jamik berdiri setinggi 15 meter dengan tebal bangunan 4 (empat) meter, menyerupai miniatur Tembok China itu tidak hanya berfungsi sebagai pagar masjid. Karena di sisi kanan dan kirinya terdapat ruangan dengan pintu besi yang konon berfungsi sebagai sel tahanan bagi pelaku kriminal seperti pencurian, pemerkosaan, perjudian dan perkelahian.

Penempatan ruang tahanan di depan masjid itu sebagai terapi mental dan penyadaran bagi para tahanan. Mereka secara jelas akan terlihat oleh para jemaah terutama pada saat shalat Jumat. Namun saat ini, bangunan itu dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang.

Nilai history sejarah dan kemegahan arsitekturnya adalah daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Sumenep.

Bangunan utama Masjid Jamik yang dibangun sekitar 1779 Masehi, pada pemerintahan Pangeran Natakusuma itu hingga sekarang masih terjaga kelestariaannya, dimana dari sisi bangunan dan interior terawat dengan baik dan tidak ada perubahan hanya penambahan di sisi kana, kiri dan depan masjid yang merupakan perluasan bangunan untuk menambah daya tampung jamaah masjid. (Tim)