Seputarmadura.com, Sumenep, Selasa 13 Maret 2018- Gerakan Mahasiswa Ekstra Parlemen (Gempar) Sumenep, Madura, Jawa Timur, melakukan aksi demonstrasi di Gedung DPRD setempat. Dalam aksinya, mereka mengajak para wakil rakyat itu untuk menolak impor garam, Selasa (13/3/2018).
Korlap aksi, Syaiful Bahri mengatakan, Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten terbesar pemasok garam di Jawa Timur. Terbukti pada tahun 2017, produksi garam di Madura mencapai 436.929.95 MT. Tahun ini, masih ada 60.000 MT garam yang belum tersalurkan.
Namun demikian, belum lama menikmati manisnya harga garam, masyarakat Madura diusik dengan datangnya garam impor dari berbagai negara.
“Salah satunya yang masuk ke Madura adalah PT. Mitra Tunggal Swakarsa dengan mengatasnamakan Nord Tokyo dan impor dari India dengan menggunakan Kapal Ansac Sesoda,” terangnya, Selasa (13/3/2018).
PT. Mitra Tunggal Swakarsa, lanjut Syaiful, impor garam yang dilakukan yakni dengan di masukkan ke Gudang PT. Garindo di Manyar Gresik.
PT. Garindo masih memiliki stok garam sebanyak 116.000 MT dan mengemas garam industri menjadi garam konsumsi.
Persoalan garam pun, masih kata Syaiful, semakin menjadi dan penuh drama politik setelah Menteri Perindustrian mengajukan rekomendasi garam konsumsi untuk dijadikan garam industri.
“Dari sini semakin tampak pula bahwa ada korporasi yang bermain untuk menguasai pasar garam nasional, sehingga dampak dari drama ini petani garam harus menjerit,” tegasnya.
Untuk itu, pihak mahasiswa menuntut agar DPRD Simenep menolak impor garam, usut tuntas mafia garam, kembalikan regulasi impor garam seperti semula dengan catatan mewajibkan para importir membeli garam lokal dalam kategori garam konsumsi.
“Dan yang terakhir, musnahkan garam impor agar tidak merembes ke pasar garam konsumsi untuk menjaga agar harha garam lokal tidak jatuh,” tegasnya.
Saat demo, para mahasiswa ditemui oleh anggota Komisi II DPRD Sumenep, Bambang Prayogi. Dia menyetujui untuk tidak melakukan impor garam. Bahkan pihaknya mengajak para mahasiswa untuk mengawal terkait impor garam itu hingga selesai.
Selain itu, pihaknya juga menandatangani surat pernyataan penolakan impor garam.
“Kita wakil rakyat sepakat menolak impor garam,” tegasnya.
Kendati demikian, Bambang meminta para mahasiswa untuk duduk bersama membahas solusi terbaik mengatasi menolakan impor dan mafia garam yang meresahkan petani.
“Mari duduk bareng, tidak harus teriak-teriak seperti ini, karena kita memiliki misi yang sama, membela dan memperjuangkan petani,” tutupnya. (Fik/Nita)