Seputarmadura.com, Sumenep, Kamis 26 Oktober 2017- Pemerintah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, menggelar kegiatan Istighasah, Haul Akbar, dan Tasyakuran dalam rangka memperingati 1 Muharram 1439 Hijriah, Hari Jadi Kabupaten Sumenep ke-748, dan Hari Santri Nasional (HSN), Rabu (25/10/2017) malam.
Kegiatan yang dipusatkan di depan Masjid Jamik Sumenep itu, dibuka secara langsung oleh Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, yang dihadiri Wakil Bupati Sumenep, Ach. Fauzi, KH. Miftahul Akhyar, Wakil Rois ‘am PBNU, Ketua DPRD Sumenep, beserta anggota Forum Pimpinan Daerah Kabupaten Sumenep, Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep, pimpinan OPD di lingkungan Kabupaten Sumenep, alim ulama, pimpinan pondok pesantren, dan para santri se-Kabupaten Sumenep.
Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, saat sambutan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung rangkaian peringatan bulan Muharram, Hari Santri Nasional dan Hari Jadi Kabupaten Sumenep tahun ini.
“Tiada kesulitan dengan kebersamaan dan tiada kesuksesan tanpa pengorbanan,” kata Bupati.
Keputusan presiden, lanjut Bupati, nomer 22 tahun 2015 menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, memberikan pengakuan bahwa ulama dan santri memiliki peran besar dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankan NKRI serta mengisi kemerdekaan. Hal itu untuk mengingatkan bahwa Republik ini didirikan bukan dengan gratis dan hadiah penjajah, melainkan perjuangan para pendahulu termasuk para santri.
“Berbeda periode, berbeda pula tantangannya. Namun, apabila para santri menghibahkan pikiran, raga dan jiwanya untuk kemaslahatan bangsa, itulah jihad kebangsaan yang sesunguhnya. Ikhtiar untuk menapaki jalan sejarah yang lepas dari penjajahan masa kini berupa hedonisme, materialisme dan individualisme dengan produknya seperti kecanggihan teknologi, narkoba, radikalisme, terorisme dan sebagainya” terangnya.
Ditambahkan Bupati bahwa Kaum santri di Sumenep harus menunjukkan eksistensinya, merawat NKRI dan meneguhkan aswaja. Sebab, 98 persen masyarakat sumenep adalah umat Islam, dan mayoritas kaum santri yang memiliki 334 pondok pesantren, 1.162 mesjid dan 1.445 mushollah.
Para pemimpin Sumenep terdahulu juga banyak dari kalangan santri, misalnya ada Bindara Saod atau Raden Tirtonegoro, Raja ke-29 Sumenep yang memimpin tahun 1750-1762. Bendoro saud keturunan dari pangeran Katandur cucu dari Sunan Kudus.
Ada pula cucu Bindara Saod yakni Sultan Abdurrahman. Ditengah kesibukannya sebagai Raja Sumenep, cucu Bindara Saod ini masih sempat untuk menyebarkan syariat Islam. Perjuangannya tidak hanya seputar di lokasi kerajaan sumenep tempo dulu, melainkan juga mengembangkan islam hingga ke pulau dewata bali.
Trik penyebaran islam yang dipakai Sultan Abdurrahman ke bali, tidak ubahnya seperti bangsa arab, saat mengenalkan islam di bumi nusantara ini. Sultan abdurrahman juga membawa barang dagangan, untuk dijual kepada masyarakat di daerah yang dituju.
Sebelum Sultan Abdurrahman menyebarkan agama islam hingga ke bali, terlebih dahulu beliau menyebarkan syariat islam diwilayah kepulauan sumenep, seperti pulau Sepudi Dan Pulau Raas. Karena letak geografis, pulau Sepudi Dan Pulau Raas sangat dekat dengan pulau Bali.
“Seiring makin tuanya usia Kabupaten Sumenep, serta tuanya para pelaku pembangunan di daerah ini, mari kita ciptakan kesejukan di Kabupaten Sumenep dengan peran masing-masing. Dengan ikhtiar, kerja keras, kebersamaan saling menghargai peran masing-masing, dan doa dari para alim ulama serta segenap masyarakat, insya allah sumenep ini akan senantiasa aman, damai dan sejahtera dalam lindungan Allah SWT,” tukasnya. (Fik/Nita)