Seputarmadura.com, Sumenep, Sabtu 5 Maret 2022– Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf menyebut Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur ini, sebagai kota yang kaya dengan warisan spiritual.
Bahkan, Kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Madura ini juga disebut sebagai suatu kota yang dikeramatkan.
Ketua Umun PBNU KH. Yahya Cholil Staquf, berada di Sumenep menghadiri acara Simposium Peradaban NU, yang digelar di Pendopo Agung Keraton setempat, Sabtu, 5 Maret 2022.
Untuk itu, Gus Yahya, berpesan agar warisan yang luar biasa ini dijaga dan dipertahankan.
“Kita mesti jaga warisan dan budaya kita yang luar biasa ini,” tuturnya.
Selanjutnya Gus Yahya memaparkan mengenai mandat didirikannya NU, semata-mata untuk membangun peradaban. Peradaban yang ia maksudkan adalah peradaban yang memberikan kesempatan bagi seluruh umat manusia agar dapat hidup berdampingan dengan aman dan damai meskipun berbeda latar belakang dan kelompok.
“Yang dikenalkan dalam peradaban ini adalah sebuah harmoni dan perdamaian,” urainya.
Gus Yahya lalu memaparkan bahwa belajar mengelola perbedaan secara rasional dan melihat keadaan secara realistis sangatlah penting. “Sebab masyarakat tidak mungkin hidupnya berpisah,” ujarnya.
Sementara Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, dalam sambutannya di Simposium Peradaban NU, mengatakan, bahwa budaya dan sikap toleransi masyarakat Sumenep sudah lama terbangun di tengah keberagaman suku, etnis, bahasa, dan agama.
Bahkan di Sumenep adalah salah satu perkampungan penduduk yang bisa dibilang ‘kampung toleransi’, yaitu di Desa Pabian, Kecamatan Kota.
Disebut ‘kampung toleransi’ karena di perkampungan tersebut terdapat masjid, geraja, dan klenteng yang jaraknya berdekatan. “AlhamdulilLah tidak pernah tejadi komflik sosial yang berlatar SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan),” ungkap dia.
Selain Madura, di Sumenep ada suku atau etnis Mandar, Bajo, Bugis, Arab, dan Tionghoa. “Bahkan masyarakat Sumenep juga ada yang pakai bahasa Bajo, seperti di wilayah kepulauan Sapeken,” paparnya.
Acara Simposium Peradaban NU juga dihadiri oleh Sekjen PBNU Saifullah Yusuf, Ketua PWNU Jawa Timur KH. Marzuqi Mustamar, serta sejumlah tokoh lainnya seperti RKH. KHR. Ahmad Azaim Ibrohimy dan KH. D Zawawi Imron.
Sekadar diketahui, acara Simposium Peradaban NU ini digelar dalam rangka merayakan hari lahir (Harlah) ke-99, menyongsong usia satu abad, dan meneguhkan komitmen “merawat jagat, membangun peradaban”. (Nt/Hen)