Seputarmadura.com, Sumenep, Senin 16 Desember 2019- Kiprah hasil karya seni batik Wirausaha Muda Sumenep (WMS) di berbagai kegiatan baik lokal atau tingkat kabupaten maupun Jawa Timur, memberikan dampak positif.
Produk hasil WMS tersebut mulai dikenal masyarakat, tidak hanya di Kabupaten Sumenep saja, melainkan merambah di Pulau Madura.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKM) Sumenep, Fajar Rahman, mengaku salut dengan hasil karya seni batik WMS tersebut. Ada ciri khas tersendiri yang menjadi motif andalannya.
“Kami sangat salut, para wirausaha muda yang sudah terlatih tidak hanya ikut pelatihan saja. Tapi mampu menghasilkan sebuah batik lokal dengan ciri khas Sumenep berupa keris,” ujarnya, Senin, 16 Desember 2019.
Ia menuturkan, keikutsertaan batik WMS ini bukan baru pertama kali di Sumenep Batik Festival, namun hari ini juga ikut serta promosi ke expo Bandung. Bahkan sebelumnya juga ikut serta pada even tingkat Jawa Timur.
“Jadi, promosi batik hasil karya seni WMS tidak kita lepas. Tapi terus kita kembangkan dan selalu melakukan inovasi, termasuk promosi bersama-sama,” paparnya.
Fajar mengungkapkan, terkait program Pemerintah Kabupaten Sumenep, untuk mencetak 5 ribu wirausaha muda Sumenep dalam kurun waktu lima tahun hampir tercapai. Karena, hingga tahun 2019 ini, sudah mampu mencetak 4 ribu wirausaha muda yang tergabung dalam Wirausaha Muda Sumenep (WMS), salah satunya bergerak di karya seni batik.
“Target kita, setiap tahun mencetak seribu wirausaha muda. Sekarang sudah mencapai empat ribu,” tuturnya.
Banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak, bahkan mempersoalkan program WMS. Namun, Fajar menganggap semua itu menjadi masalah.
“Kritikan itu bagi kami sebagai penilaian yang patut diterima untuk menjadi evaluasi supaya lebih baik kedepannya. Sebab, bukti nyata, ada alumni WMS di Bluto yang sudah mampu mempekerjakan banyak orang untuk membatik dan omzetnya luar biasa,” ceritanya.
Yang dilakukan sejak tahun 2016, khususnya karya seni membatik, pihaknya bersama-sama WMS dengan cara memperbanyak pelatihan dan pendampingan.
“Contohnya, dari seribu orang itu kita beri pelatihan bersama-sama dan pendampingan berkelanjutan. Lalu dilakukan evaluasi,” ucapnya.
Dari hasil evaluasi itu, pihaknya mengambil 300 orang yang memiliki potensi lebih untuk dikembangkan. “Diperkecil lagi menjadi seratus orang. Dari seratus orang ini, hasil karyanya sudah pasti kelihatan,” jelasnya.
Kemudian, dari seribu orang setiap tahunnya itu dikumpulkan kembali di pusat WMS (sebelah timur taman bunga) untuk mendapatkan pelatihan kembali dan pendampingan.
Namun, yang perlu dipahami adalah bagi mereka yang sudah berumur lebih dari 35 tahun (ketentuan pemerintah daerah), diperlukan latihan diluar WMS dan mereka rata-rata sukses.
Kedepan, pihaknya berjanji tetap akan mensupport agar WMS selalu berinovasi dan pendampingan tetap berjalan, termasuk studi banding jika diperlukan.
“Semua itu sema-mata ingin mengurangi jumlah pengangguran. Saya yakin, dengan keahlian yang sudah mereka punya lewat pelatihan tersebut akan berkembang dengan sendirinya di tengah-tengah masyarakat,” pungkasnya. (Yan/Nit)