Hasil Panen Garam di Sumenep Tahun 2019 Masih Menumpuk

oleh -628 views
https://seputarmadura.com/wp-content/uploads/2020/06/Hasil-Panen-Garam-di-Sumenep-Tahun-2019-Masih-Menumpuk.jpg
Dok.

Seputarmadura.com, Sumenep, Senin 8 Juni 2020- Hasil panen garam di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tahun 2019 masih menumpuk di sepanjang jalan Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget.

Penumpukan garam tersebut, akibat tidak terserapnya pada musim panen tahun lalu oleh pabrikan terutama PT Garam.

Kondisi ini membuat semangat petani garam untuk melakukan pengolahan lahan menjelang musim kemarau menurun. Bahkan, mereka di rundung rasa was- was lantaran masih banyak hasil panen garam tahun 2019 yang belum terserap. Dikhawatirkan harga garam akan anjlok.

“Garam-garam petani menumpuk disepanjang jalan Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget,” ujar Suharto, salah satu petani garam di Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, Sumenep, Senin, 8 Juni 2020.

Sementara tambak garam petani belum ada satupun yang digarap. Padahal ditahun-tahun sebelumnya musim seperti sekarang, petani garam biasanya sudah sibuk mempersiapkan tambaknya. Tambak garam petani masih penuh dengan air sengaja tidak dikeringkan, hanya terlihat beberapa petani mengecek tambaknya sesekali memperbaiki tanggul yang rusak.

“Kami ini butuh kepastian dari pemerintah, apakah garam kami akan dibeli. Jangan-jangan seperti tahun lalu, harganya murah akibatnya hingga sekarang masih menumpuk,” tandasnya.

Suharto berharap pemerintah segera menyerap garam dari petani dengan harga yang layak, tidak buru-buru membahas soal impor garam. Apalagi himpitan ekonomi petani garam disaat pandemi Corona membuat petani garam semakin sulit.

“Yang kami inginkan garam produksi tahun 2019 lalu dibeli oleh pemerintah, tentunya dengan harga layak. Kalau tidak, maka dipastikan kami tidak akan punya tempat penimbunan hasil panen jika nanti kami menggarap lahan,” tuturnya.

Saat ini garam petani hanya dihargai Rp. 350.000 perton untuk KW1. Sementara KW2 hanya Rp. 250.000. Harga itu menurut petani masih jauh dari biaya produksi yang dikeluarkan.

“Makanya sebagian besar petani tidak menjual garam hasil panen tahun 2019. Karena harganya minim,” tukasnya. (Yan/Nit)