Seputarmadura.com, Sumenep, Senin 9 Oktober 2017- Pihak Dhalem (Keluarga Besar) Pondok Pesantren (Ponpes) Annuqayah, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, menyayangkan munculnya “Penumpang Gelap” atas kedatangan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) di Ponpes setempat.
Tindakan tidak etis dilakukan salah satu oknum peserta undangan, yakni dengan menyerahkan dukungan seribu tanda tangan yang mengatasnamakan Kyai Madura. Padahal kegiatan itu murni dan tidak ada unsut politiknya.
Sungguh disayangkan agenda sekelas internasional yang dihadiri oleh United Nations (UN) Women (PBB) dan Wahid Foundation, justru dimanfaatkan oleh segelintir orang tersebut.
Pihak Dhalem (Keluarga Besar) Ponpes Annuqayah merasa tidak nyaman dengan perihal itu. Bahkan, dalam akun Facebook resmi Kyai Hazmi Latee, mengaku tindakan tersebut tidak etis untuk dilakukan.
Berikut tulisan status akun Hazmi Latee:
“Inilah yang kami sebut tindakan SANGAT tidak etis. Acaranya milik PBB, menghadirkan presiden, eh malah ditumpangi aksi murahan “menumpang gelap” untuk dukung-mendukung cagub. Kami saja, yang orang dalam, keluarga besar Annuqayah tidak pernah berani membawa-bawa institusi untuk kepentingan politik praktis, eh malah ini berani ‘melangkahi’ kami.
Coba bayangkan anda punya acara walimah nikah, tahu-tahu ada tamu undngan minta acara diisi dengan tahlilan.”
Selain Kyai Hazmi Latee, pengasuh PP Annuqayah yang juga sebagai Rektor UINSA Surabaya, KH. Abd. A’la Basyir, mengemukakan, kunjungan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah untuk menghadiri Peringatan Hari Perdamaian Sedunia kerjasama Wahid Fondation, United Nation Women, dan PP Annuqayah.
“Jadi, sama sekali tidak ada hubungannya dengan dukung-mendukung calon Pilkada atau apapun yang bersifat politik praktis,” katanya, Senin (9/10/2017).
Penyerahan tanda tangan dukungan kepada Presiden Jokowi yang bernuansa politik praktis itu, terjadi setelah acara dan informasinya muncul di sejumlah media online nasional, yang disebutkan ada penyerahan dukungan 1.000 tanda tangan kiai se-Madura untuk salah satu bakal calon Gubernur Jatim tahun 2018.
“Saya tidak tahu kejadian itu, karena ketika Presiden keluar dan meninggalkan acara, saya masih di lokasi acara,” katanya, dalam siaran pers yang diterima beberapa media.
Yang sangat menggelikan putra Almarhum KH. Ach. Basyir AS ini, disebutkan bahwa kejadian tersebut disaksikan dirinya sebagai Rektor UINSA.
“Saya perlu menjelaskan, berita itu tidak benar, dan kejadian itu di luar agenda di acara yang sangat terhormat ini,” tukasnya.
Selebihnya, pihak ‘Dhalem Ponpes Annuqayah menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua awak media dan semua pihak yang ikut mensukseskan acara peringatan perdamaian sedunia yang telah di hadiri Presiden Jokowi. (Fik/Nita)