Seputarmadura.com, Sumenep, Sabtu 17 Maret 2018- Bupati Sumenep, Madura, Jawa Timur, A. Busyro Karim menetapkan Desa Aeng Tong-tong, Kecamatan Saronggi, sebagai desa keris, Sabtu (17/3/2018).
“Saya atas nama pemerintah Kabupaten Sumenep, menyampaikan selamat kepada masyarakat Desa Aeng Tong-tong yang saat ini ditetapkan sebagai Desa Keris pertama di Sumenep,” kata Bupati saat sambutan, Sabtu (17/3/2018).
Menurutnya, eksistensi keris tidak hanya diakui di nusantara saja, tetapi sudah mendunia. Bupati juga mencontohkan pada tahun 2005 lalu, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah menetapkan keris sebagai salah satu benda pusaka warisan dunia dengan kategori non bendawi.
Pada saat itu, yang mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia dari Unesco yaitu wayang, keris, angklung, batik, dan tari saman gayo.
“Dari penetapan Unesco itu, kita memiliki kewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan keris agar tetap lestari. Karena dari lima karya budaya tersebut, keris adalah warisan budaya paling sulit dipertahankan kelestariannya,” terangnya.
Kabupaten Sumenep oleh Unesco diakui sebagai daerah pemilik pengrajin keris terbanyak di dunia yang mencapai 640 orang.
Atas dasar itulah, pemerintah daerah terus berkomitmen dalam melestarikan keris dengan dibuktikan pada bulan Nopember 2014 lalu, Kabupaten Sumenep telah mengukuhkan sebagai Kota Keris.
“Hari ini juga bagian dari komitmen pemerintah daerah dalam melestarikan keris sebagai simbol wisata Kabupaten Sumenep agar tetap lestari sepanjang masa,” paparnya.
Untuk itu, Bupati dua periode ini berharap agar penetapan Desa Aeng Tong-tong sebagai Desa Keris akan mengangkat citra dan identitas Sumenep di mata Internasional, terlebih dalam mendukung Visit Sumenep 2018.
“Keris memiliki nilai yang luar biasa sebagai karya agung ciptaan manusia. Dan kepada para empu (Pembuat keris), saya berharap agar tidak bosan-bosannya melestarikan tradisi leluhur penduhulu kita,” tukasnya.
Selain penetapan Desa Aeng Tong-tong sebagai Desa Keris, Bupati juga menyerahkan Surat Keputusan (SK) Pedoman Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). (Fik/Nita)