Babinsa Ganding Bertukar Pengalaman Dengan Tokoh Agama

oleh -88 views
Babinsa Koramil Ganding, Sumenep, Saat Bertukar Pengalaman Dengan Tokoh Agama Setempat

Seputarmadura.com, Sumenep, Senin 8 Januari 2018- Babinsa Koramil Ganding, Sumenep, Madura, Jawa Timur, bertukar pengalaman dengan tokoh agama.

Salah satu peran keberadaan Babinsa di wilayah binaan adalah membina teritorial sebagai tempat mengadu masyarakat terkait hal-hal yang berdampak pada Kamtibmas. Sehingga Babinsa dituntut untuk dapat memetakan kondisi teritorialnya agar setiap saat dapat dimanfaatkan jika terjadi sesuatu di wilayah bisa diketahui dengan cepat.

Seperti yang dilaksanakan oleh Serda Edy Mulyono anggota Koramil 08/Ganding selalu dan selalu aktif anjangsana maupun silaturahmi ke wilayah Desa Binaan, seperti yang dilakukan pada saat ini dengan berkunjung di rumah Repa’i (85) warga Dusun Pengantian, Desa Talaga, Kecamatan Ganding, Senin (8/1/18).

“Dengan sistem Anjangsana seperti inilah kedekatan dan kebersamaan antara Babinsa dengan masyarakat dapat terjalin dengan baik sehingga sasaran kegiatan pembinaan teritorial (Binter) dapat tercapai dengan optimal,” ungkap Serda Edy Mulyono.

Didalam percakapannya Repa’i banyak bercerita tentang pengalamannya pada saat masa zaman Belanda, yang mengatakan pada waktu itu orang belanda datang ke Indonesia bukan untuk menjajah melainkan berdagang. Mereka di motifasi oleh hasrat mengeruk keuntungan dan mengambil rempah-rempah dari Indonesia sebesar-besarnya.

Namun para pedagang waktu itu merasa perlunya memiliki tempat yang permanen di daratan dari pada berdagang dari kapal yang berlabuh di laut. Kantor dagang itu kemudian mereka perkuat dan persenjatai dan menjadi benteng yang akhirnya menjadi landasan untuk menguasai daerah di sekitarnya.

“Lambat laun kantor dagang itu beralih dari pusat komersial menjadi basis politik dan teritorial. Setelah peperangan kolonial yang banyak akhirnya Indonesia jatuh seluruhnya di bawah pemerintahan Belanda. Namun penguasaan daerah jajahan ini baru selesai pada permulaan abad ke 20,” jelasnya Repai.

Metode kolonialisasi belanda sangat sederhana. Mereka mempertahankan raja-raja yang berkuasa dan menjalankan pemerintahan melalui raja-raja itu akan tetapi menuntut monopoli hak berdagang dan eksploitasi sumber-sumber alam. Adat istiadat dan kebudayaan asli dibiarkan tanpa perubahan aristokrasi tradisional digunakan oleh belanda untuk memerintah Negeri ini dengan cara efisien dan murah.

“Oleh sebab belanda tidak mencampuri kehidupan orang Indonesia secara langsung, maka sangat sedikit yang mereka perbuat untuk pendidikan bangsa. Kecuali usaha menyebarkan agama mereka di beberapa pulau di bagian timur Indonesia,” ungkap Pak Repa’i.

Dipihak lain, Danramil 0827/08 Ganding Kapten Inf. Untung Teguh Santoso mengungkapkan bahwasanya Satuan komando kewilayahan (Satkowil) harus mampu mengoptimalkan Komunikasi Sosial (Komsos) melalui anjangsana kepada seluruh komponen masyarakat.

“Dengan bertukar informasi serta pengalaman diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, yaitu mendapatkan informasi tentang Ipoleksosbudhankam (idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan),” pungkas Danramil. (Nit)

No More Posts Available.

No more pages to load.