Seputar Madura, Sumenep 2 September 2016- Meski sudah panen garam pada pertengahan Agustus 2016, para petani garam di Sumenep, Madura, Jawa Timur tidak bisa menjual hasil produksi garamnya. Sebab hingga saat ini pabrikan atau gudang masih belum melakukan penyerapan.
“Kami sangat kesulitan untuk menjual hasil produksi garam ini, karena belum ada gudang atau pabrikan swasta yang membuka untuk melakukan pembelian,” kata Ketua Asosiasi Masyarakat Garam (AMG) Sumenep, H. Ubaidillah, Jumat (2/9/2016).
Ia menjelaskan, saat ini sejumlah perusahaan swasta mengutamakan pembelian garam dari PT Garam untuk produksi tahun 2015. Sedangkan untuk tahun 2016, masih belum terserap sama sekali.
“Kalau untuk garam rakyat sisa produksi 2015 masih ada sekitar 30 persen di petani yang belum terserap. Kalau yang produksi 2016 malah belum terserap sama sekali oleh pabrikan swasta,” ungkapnya.
Ia mengatakan, kemunduran masa panen garam ini, akibat anomali cuaca. Sedangkan pada tahun 2016 ini, cuaca sangat mendukung, sehingga para petani garam bisa panen lebih cepat.
“Pada masa panen tahun ini, pada petani lebih banyak menggunakan geomembran,” ucapnya.
Sementara untuk harga garam tahun 2016 ini, masih tetap sama dengan tahun 2015 kemarin. Yakni untuk garam kualitas 1 (K1) Rp500 ribu, kualitas 2 (K2) Rp 450 ribu. Ia menduga harga garam rakyat belum mampu terdongkrak naik akibat masuknya garam impor.
“Harusnya ketika mulai musim panen, pemerintah menahan masuknya garam impor untuk garam konsumsi. Kalau saat masa panen seperti sekarang ini kemudian garam impor dibiarkan masuk, ya kasihan petani garam. Harga garam rakyat pasti anjlok,” terang pria yang akrab dipanggil Ubed ini.
Berdasarkan data di Dinas Kelautan dan Perikanan Sumenep, selama dua minggu sejak pertengahan Agustus 2016, produksi garam rakyat petani sekitar 898 ton. Sementara proyeksi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, produksi garam rakyat di Sumenep pada tahun ini ditargetkan sebanyak 268.840 ton. (Jd)